TENTERA TINTA

Flag Counter

Wednesday, April 21, 2010

Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq ra

Khalifah Pertama, Teman Setia Yang Banyak Berkorban
______________________________________________

Nabi Muhammad SAW wafat tanpa meninggalkan pesan siapa yang harus menggantikannya
sebagai pemimpin umat.. Beberapa kerabat Rasul berpendapat bahwa Ali bin Abu
Thalib - misan dan menantu yang dipelihara Muhammad SAW sejak kecil - yang paling
berhak. Namun sebagian kaum Anshar, warga asli Madinah, berkumpul di Balai
Pertemuan (Saqifa) Bani Saudah. Mereka hendak mengangkat Saad bin Ubadah
sebagai pemimpin umat.
Ketegangan terjadi, Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah datang untuk mengingatkan
mereka. Perdebatan terjadi, sampai dua tokoh Muhajirin dan Anshar - Abu Ubaidah dan
Basyir anak Saad - membaiat Abu Bakar. Umar menyusul membaiat. Demikian pula
yang lainnya. Pertikaian selesai. Selasa malam menjelang salat Isya - setelah
Muhammmad SAW dimakamkan - Abu Bakar naik ke mimbar di masjid Nabawi. Ia
mengucapkan pidato pertamanya sebagai khalifah. Pidato yang ringkas dan dan
berkesan di kalangan umat. Itu terjadi pada Juni 632, atau 11 Hijriah.
Abu Bakar adalah orang pertama di luar kerabat Rasul yang memeluk Islam. Ia dikenal
sebagai orang yang selalu membenarkan ucapan Muhammad SAW. Ketika orang-orang
menghujat Muhammad SAW karena mengatakan baru mengalami Isra' Mi'raj, Abu
Bakar menyatakan keyakinannya terhadap peristiwa itu. Ia menyiapkan perjalanan serta
menemani Muhammad Saw saat hijrah ke Madinah. Ia juga menikahkan putrinya,
Aisyah, dengan Rasul.
Namun tak bererti kepemimpinan Abu Bakar mulus. Wafatnya Muhammad SAW
menimbulkan pembelotan besar-besaran dari berbagai kabilah yang baru masuk Islam.
Mereka tidak lagi patuh pada pemerintahan di Madinah. Beberapa orang malah
menyatakan diri sebagai Nabi. Aswad Al-Insa di Yaman yang menyatakan diri sebagai
Nabi dan membolehkan orang tidak solat dan berzina, telah dibunuh oleh orang
dekatnya saat Rasulullah sakit. Sekarang ada Tulaihah dan Musailamah yang berbuat
serupa.
Di Madinah pun, Abu Bakar berselisih pendapat dengan Fatimah, putri Muhammad
SAW, mengenai cara pengelolaan wang negara. Keluarga Rasul - termasuk Ali bin Abu
Thalib - baru mengakui kepemimpinan Abu Bakar enam bulan kemudian, setelah
Fatimah wafat.
Tugas pertama yang dilakukan Abu Bakar adalah melaksanakan amanat Rasul:
memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid ke arah Palestina dan Syam. Ia sendiri -
dalam usia 61 tahun - kemudian memimpin tentara menggempur Tulaiha. Operasi
militernya sukses. Setelah itu, Abu Bakar membentuk 11 regu untuk menaklukkan
kabilah-kabilah yang menolak membayar zakat. Yakni dari Tihama di Laut Merah,
Hadramaut di ujung Lautan Hindia, sampai ke Oman, Bahrain, Yamama hingga Kuwait
di Teluk Persia.
Pertempuran paling sengit terjadi melawan pasukan Musailamah yang memiliki 40 ribu
pasukan. Tentara dari Madinah sempat hancur. Berkat kecerdikan panglima Khalid bin
Walid, mereka memukul balik lawan. Seorang tentara Khalid, Al-Barra, berhasil
melompati benteng Al-Hadikat dan membuka pintu dari dari dalam. Musailamah tewas.
Pasukan Khalid kemudian bergerak ke Utara, menuju lembah Iraq yang saat itu dikuasai
kerajaan besar Persia. Pada 8 Hijriah, Raja Persia Kisra merobek-robek surat yang
dikirimkan Muhammad SAW. Rasul lalu menyebut Allah akan merobek-robek kerajaan
Persia pula. Saat itu tiba melalui tangan Khalid bin Walid yang hanya membawa sedikit
pasukan. Dalam perang di Allais tercatat 70 ribu orang tewas. Setelah itu Kerajaan Hira
pun ditaklukkan. Jadilah seluruh wilayah Iraq sekarang masuk dalam wilayah
kekhalifahan Abu Bakar.
Setelah itu, Khalifah Abu Bakar mengirim 24.000 pasukan ke arah Syria, di bawah
komando empat panglima perang. Mereka bersiap menghadapi 240.000 pasukan
Romawi - kekuatan terbesar di dunia pada masa itu - yang diperintah Heraklius. Abu
Bakar menetapkan Yarmuk sebagai pangkalan mereka. Ia juga memerintahkan Khalid
bin Walid - yang berada di wilayah Iraq - untuk pergi ke Yarmuk dan menjadi Panglima
Besar di situ. Sebanyak 9000 pasukan dibawanya.
Abu Bakar mencatat banyak keberhasilan. Di jazirah Arab, ia telah berhasil menyatukan
kembali umat Islam yang pecah setelah Rasul wafat. Di masanya pula, Islam mulai
menyebar ke luar jazirah Arab. Meskipun demikian, ia tetap dikenal sebagai seorang
yang sederhana. Ia hidup sebagaimana rakyat. Tetap pergi sendiri ke pasar untuk
berbelanja, serta tetap menjadi imam solat di masjid Nabawi.
Selama dua tahun tiga bulan memimpin umat, ia hanya mengeluarkan 8.000 dirham
wang negara untuk kepentingan keluarganya. Jumlah yang sangat sedikit untuk ukuran
waktu itu sekalipun. Ia juga memerintahkan pengumpulan catatan ayat-ayat Quran dari
para sekretaris Rasul. Catatan-catatan itu dikumpulkan di rumah Hafshah, putri Umar.
Abu Bakar meninggal dalam usia yang hampir sama dengan Rasul, 63 tahun.


No comments: